Apakah Orang Kreatif adalah Orang yang Cerdas?

Mei 05, 2023

The Global Creativity Index (GCI)  yang dilakukan Martin Prosperity Institute pada tahun 2015 menunjukkan bahwa dari 139 negara yang diteliti Indonesia berada diperingkat ke- 115. Padahal kreativitas merupakan psychological trait yang amat penting untuk terciptanya karya kreatif, karakter positif individu, sebagai modal daya saing manusia dan sebagai keterampilan hidup sehari-hari. Salah satu faktor penting yang berperan dalam kreativitas adalah Kecerdasan (Intelligence), yang merupakan salah satu kemampuan individu yang menjadi pondasi penting untuk pengembangan kemampuan berpikir kreatif.
 
Otak adalah karunia dari Tuhan YME yang patut kita syukuri. Semua perilaku kita hampir semuanya di atur oleh otak. Otak mengirimkan sinyal keseluruh tubuh yang membuat kita bisa berkedip, berjalan, tidur dll. Kecerdasan adalah salah satu bentuk dari hebatnya kemampuan berpikir dari otak manusia. 

Kecerdasan memang bukan sebagai penentu seseorang sukses dimasa depan, namu orang yang sukses membutuhkan kecerdasan yang cukup untuk memproses informasi yang datang ke otaknya. Di dalam kecerdasan setidaknya terdapat 3 fungsi mental yaitu kecepatan pemprosesan informasi, penyelesaian masalah dan penalaran abstrak. Sedihnya, fakta menunjukkan bahwa Indonesia hanya menduduki peringkat peringkat 130 dari 199 negara dalam tingkat kecerdasan berdasarkan World Population Review tahun 2022.
 
Survey tingkat kreativitas dan intelegensi Indonesia sama-sama berada pada posisi rendah. Kenapa bisa demikian karena ternyata integensi memberikan peran terhadap kreativitas manusia. Seberapa penting kecerdasan supaya bisa jadi orang kreatif?
 
Sebuah studi yang dilakukan oleh Akhtar & Kartika (2019) menunjukkan bahwa Inteligensi memberikan sumbangan sekitar 10,5% terhadap kreativitas manusia. Artinya orang kreatif adalah betul orang yang cerdas. Namun tidak semua orang kreatif adalah orang jenius.  Maksudnya bagaimana?
 
Ada sebuat teori yang dikenal dengan teori ambang batas (Threshold Theory). Threshold theory berpendapat bahwa kemampuan intelektual merupakan syarat yang diperlukan untuk menjadi kreatif. 
Kecerdasan di atas rata-rata dianggap sebagai kondisi yang diperlukan tetapi tidak cukup untuk menghasilkan kreativitas yang tinggi. Lebih khusus lagi, diasumsikan bahwa ada ambang kecerdasan yang biasanya ditetapkan pada IQ 120. 

Teori ambang memprediksi bahwa ada korelasi antara kreativitas dan inteligensi pada kelompok sampel IQ rendah sampai rata-rata, sedangkan tidak ada korelasi antara kreativitas dan inteligensi pada kelompok sampel IQ tinggi. Orang dengan kecerdasan di bawah kecerdasan rata-rata memiliki sedikit peluang untuk menjadi sangat kreatif; mereka yang memiliki kecerdasan di atas ambang batas mungkin memiliki potensi kreativitas yang tinggi tetapi tidak terkait dengan tingkat IQ mereka.

Temuan penelitian Akhtar & Kartika (2019) ini mendukung teori ambang batas (threshold theory) yang menyimpulkan bahwa untuk menjadi orang yang kreatif tidak dibutuhkan IQ yang mencapai level sangat genius. Namun untuk menjadi orang kreatif dibutuhkan tingkat inteligensi yang berada pada ambang batas sebagai modal untuk melakukan sesuatu. Terlebih lagi, Akhtar dan Kartika menemukan ambang batas IQ yang diperlukan adalah 106, bukan 120 seperti hipotesis awal teori ini. Ketika seseorang sudah mencapai pada level IQ tertentu, peningkatkan inteligensi tidak begitu berperan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.
 
Ternyata orang-orang dengan skor kreativitas tinggi tidak semuamya memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Namun, untuk menjadi orang kreatif kita butuh kecerdasan yang mencapai ambang batas. Setiap manusia mempunyai batas maksimal kecerdasannya. Batas maksimal skor inteligensi seseorang didapatkan dari gabungan fluid intelligence  dan crystallized intelligence. Fluid intelligence merupakan kecerdasan bawaan sedangkan crystallized intelligence adalah kecerdasan yang didapatkan dari proses belajar dan keterampilan yang diperoleh seumur hidup. Oleh karena itu bagi orang tua perlu mengoptimalkan perkembangan kognitif anak sejak dini dengan berbagai stimulasi dimasa golden age sebagai modal untuk sukses menghadapi tantangan dimasa depan.
 
Akhtar, H., & Kartika, Y. (2019.). Intelligence and creativity: an investigation of threshold theory and its implications. Journal of Educational Science and Psychology, 9(1), 131-138.

Share this :

Pernah berkarir sebagai Dosen Psikologi, dan budak korporat. Saat ini menjadi ibu rumah tangga nyambi menulis di blog, creator di Youtube dan konsultan di komunitas parenting.

Previous
Next Post »
0 Komentar