Penulis: Yuni Kartika, S.Psi., M.A
Apakah
kepribadian itu bersifat stagnan? Apakah masa lalu menentukan bagaimana
kepribadian kita hari ini ? apakah kepribadian bisa dikembangkan kearah yang
sehat? Kali ini kita akan bahas proses perkembangan kepribadian sehat
berdasarkan pendapat ahli yang Bernama Goldon Alport seorang Ahli Psikologi
beraliran humanis.
Motivasi Alport
merumuskan kepribadian ini adalah dari pandangan kritisnya terhadap Freud yang
mengungkapkan konsep neurotis. Alport tidak setuju dengan pandangan Freud
tentang neurotis yang sangat berpusat pada masa lalu. Masa lalu seolah-olah
menjadi penentu masa depan seseorang.
Alport tidak
setuju dengan pandangan Freud tentang alam bawah sadar. Bagi Alport orang yang
matang dan sehat tidak dikuasai oleh kekuatan tak sadar, tidak pula dikontrol
oleh trauma-trauma dan konflik-konflik masa kanak-kanak. Orang yang sehat bebas
dari mimpi buruk masa lalu sedangkan orang neurotis terjalin erat dengan
pengalaman masa lalu. Pandangan orang yang sehat adalah fokus ke masa sekarang
dan masa depan. Orang yang sehat melihat ke masa depan dan hidup dalam masa
depan.
Alport
menekankan pentingnya motivasi dalam usaha mencapai pribadi yang sehat.
Motivasi itu menggerakkan manusia untuk mencapai rencana tertentu. Sehingga
sangat penting bagi manusia mempunyai mimpi dan target yang mendorong manusia terus
bergerak ke masa depan. Konsep ini juga menjadi alasan Alport tentang kenakalan
pada remaja. Remaja yang nakal karena mereka kekurangan tujuan yang
konstruktif. Remaja butuh rencana, target, tujuan dan mimpi untuk menghabiskan
energi mereka. Energi harus disalurkan dengan target konsturuktif jika tidak mau energi itu akan mencari jalan
destruktif berupa perilaku menyimpang.
Alport
berpandangan kebahagiaan bukan merupakan tujuan untuk menjadi pribadi yang
sehat dan matang. Tidak perlu bersenang-senang dan sehat jasmani-rohani. Bagi
Alport kepribadian yang matang penuh dengan perjuangan, rasa sakit dan sedih.
Sehingga jika dapat kebahagiaan dalam mencapat target maka itu adalah hasil
sampingan dari keberhasilan mencapai aspirasi dan tujuan tersebut.
Jika kita telaah
lebih lanjut proses Alport merumuskan kepribadian sehat ini. Kita bisa melihat
rekam jejaknya yang pernah menulis sebuat karya tentang perjalanan seorang
penjelajah yang Bernama Roald Amundesen. Sejak usia 15 tahun Amundsen
terdorong untuk mencapai tujuan penjelajahannya. Dia tidak penah menyerah
dengan berbagai rintangan. Jika berhasil dia akan membuat target baru yang
harus dicapai. Visi Amundsen selalu ke masa depan.
Ada pandangan
Alport yang kelihatan paradoks bahwa tujuan yang dicita-citakan orang sehat
pada hakikatnya tidak pernah dapat dicapai. Setelah tujuan tertentu tercapai
maka akan diteruskan dengan mimpi-mimpi berikutnya yang belum dijelajah.
Alport juga
menetapkan kriteria dari orang-orang yang memiliki kepribadian yang matang, yaitu:
1.
Orang
tersebut harus bisa mengembangkan dirinya kedalam aktivitas-aktivitas relevan,
penting, menantang kemampuannya.
2.
Bisa
menjalin hubungan yang hangat dengan orang lain dengan mencintai tanpa syarat.
Orang neurotis mengharapkan cinta yang diterimanya jauh lebih banyak
dibandingkan kemmapuannya memberi cinta ke orang lain. Sedangkan orang yang
sehat memberikan cinta tanpa syarat, Ikhlas, tidak mengikat
3.
Memiliki
emosi yang sehat seperti penerimaan diri berupa menerima kelebihan dan
kekurangan dirinya, sabar terhadap kekecewaan
4.
Memiliki
persepsi terhadap dunia yang objektif. Tidak memaksa keadaan. Menerima realitas
apa adanya.
5.
Menekuni
aktivitas sehingga menjadi keterampilan khusus. Keterampilan ini harus
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
6.
Memiliki
self objectivication yaitu kemampuan untuk memahami diri sendiri. Mereka
mampu menempatkan diri dalam situasi dan kondisi tertentu.
7.
Memiliki
Falsafah hidup yang mempersatukan. Maksudnya adalah rencana masa depan yang
dirancang mendorong seseorang terus bergerak, tidak stagnan apalagi berfokus ke
pada masa lalu.
Baiknya, Alport
sangat menyakini bahwa manusia bukan merupakan korban dari pengalaman masa
lalu. Manusia dipandang positif dan
penuh harapan. Mereka bisa berkembangan sesuai kemampuan-nya masing-masing. Namun
disisi lain, menurut saya teori Alport sangat materialistik dan mengabaikan peran
Tuhan. Kita boleh saja memiliki target tapi jangan sampai target itu melupakan
kita dengan peran Tuhan. Bahwa manusia dicipkan di dunia ini adalah untuk
beribadah, prestasi adalah bentuk ibadah kepada Tuhan. Teori ini beranggapan
kuat bahwa manusia itu sendiri yang punya kendali atas hidupnya. Sangat
mengaagungkan kekuatan diri. Saya
pribadi pun sangat mempercai campur tangan Tuhan bagi takdir manusia. Ketika
keingingan kita tidak terwujud maka ada hikmah yang bisa dipelajari dibaliknya.
Bukan menganggap semua terjadi atas kendali diri sendiri.
Referensi
Bacaan:
Schultz,D.
1991. Psikologi Pertumbuhan: Model-model Kepribadian Sehat. Yogyakarta :
Kanisius
0 Komentar